KOMPOSISI TARI LANGKAH PADUSI KOMPOSISI “LANGKAH PADUSI” SEBAGAI PERUJUDAN BUDAYA LOKAL

Yolanda Novia Ardila

Abstract


Langkah Padusi merupakan judul karya yang terinspirasi dari konflik yang terdapat pada Kaba Tuanku Lareh Simawang yang terjadi di Nagari Siwang Kabupaten Tanah Datar. Dari cerita kaba terdapat sebuah fenomena yakni Poligami. Poligami sudah menjadi isu populer semenjak abad ke-19 hingga sekarang. Kaba ini menceritakan bagaimana keinginan seorang laki-laki yang memiliki istri dua namun ditolak oleh istri pertama. Bentuk penolakan itu di jelaskan dengan cara mengakhiri hidup kedua anak serta dirinya sendiri, dengan kejadian tersebut laki-laki yang bernama Lareh Simawang menyesal hingga menjadi gila. Dalam karya ini pengkarya menafsirkan sifat serta konflik yang dirasakan oleh perempuan, dengan menggunakan teori bias gender dan feminisme di kalangan perempuan. Penyesalan laki-laki terjadi bukan karena sifat pesimistik perempuan namun sebaliknya terjadi karena sifat optimis dan heroik yang dimiliki oleh perempuan masa sekarang. Orientasi pemakaian gerak lebih diutamakan pada kekayaan tradisi randai yang berkembang di daerah Simawang. Tempat pertunjukan di nagari Pulai Gaduik Kabupaten Agam, tepatnya dinegeri asal pengkarya yang nantinya akan menghadirkan pertunjukan yang berlar dari daerah lain.

 

Langkah Padusi is the title of this artwork that is inspired by the conflict in Kaba Tuanku Lareh Simawang that occurred in Nagari Siwang Tanah Datar district. From this kaba story there is a phenomenon that is Polygamy. Polygamy has been a popular issue since the 19th century until now. This kaba story is telling about the desire of a man who has two wives but rejected by the first wife. The form of rejection was explained by ending both of his children lives and herself, with that incident a man named Lareh Simawang regreted it and became crazy. In this artwork creator interpret the nature and conflict that felt by the women, using biased theory and feminism theory among women. Men's regrets are not because of the pessimistic woman nature but because of the optimistic and heroic nature of woman nowadays. Orientation of the motion used takes precedence over the traditional randai richness that developed in the Simawang area. The performances places planed in nagari Pulai Gaduik Agam district, in creator regions and later will present a show that has typical character from other regions.


Keywords


poligami, langkah, feminisme, Poligamy, langkah, feminism

Full Text:

PDF


DOI: http://dx.doi.org/10.26887/gjg.v13i1.295

Refbacks

  • There are currently no refbacks.