“Two Be One” Terinspirasi dari Kesenian Gandang Tambua dalam Upacara Tabuik di Kota Pariaman Provinsi Sumatera Barat
Abstract
ABSTRAK
Upacara tabuik merupakan acara tahunan bagi masyarakat Pariaman yang dilaksanakan sejak awal hingga pertengahan Muharram setiap tahunnya yang bertujuan untuk mengenang wafatnya Al Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad SAW. Tujuan penulisan ini untuk mendeskripsikan upacara mahoyak tabuik dan mengusung tabuik, yang diringi oleh permainan gandang tambua yang memainkan lagu sosoh sampai akhirnya mambuang tabuik ke laut,yang dimulai pukul 11.00-16.00. Upacara mahoyak tabuik tersebut pengkarya jadikan sebagai ide garapan dalam komposisi music dengan metode pendekatan “World Music” yaitu menggarap suatu kesenian tradisi ke dalam komposisi musik dengan format populer dengan cara mengkolaborasikan instrumen modern dengan tetap mempertahankan unsur etnis yang tidak terlepas dari kesenian tradisinya. Hasil yang dicapai adalah bahwa garapan yang bersumber dari spirit permainan lagu sosoh. pengkarya membagi posisi pemain menjadi dua kelompok yang sama-sama memainkan instrumen gandang tambua, dengan melakukan penggarapan tempo dan juga permainan poli meter, call and respon. Masing-masing pendukung menghoyak dan mengusung tabuik, bahkan membawa berlari ke arah tabuik lain untuk menciptakan suasana menjadi panas, meriah, dan atraktif dengan diringi permainan gandang tambua. Karya ini pengkarya beri judul “Two be One”. Judul ini menggambarkan terhadap spirit dari permainan lagu sosoh pada saat dua kelompok tabuik bertemu. Dalam garapan karya ini menemukan adanya perubahan tempo yang bersifat situasional yang di pengaruhi oleh suasana pada saat mahoyak tabuik, semakin panas, maka tempo dan dinamiknya semakin naik serta pemain gandang tambua akan semakin atraktif.
Kata Kunci: Gandang Tambua; oyak tabuik; sosoh.
ABSTRACT
The tabuik ceremony is an annual event for the people of Pariaman which is held from the beginning to the middle of Muharram every year which aims to commemorate the death of Al Husein bin Ali, the grandson of the Prophet Muhammad SAW. The purpose of this writing is to describe the mahoyak tabuik ceremony and carry the tabuik, which is accompanied by a game of gandang tambua that plays the song sosoh until finally throwing the tabuik into the sea, which starts at 11.00-16.00. The mahoyak tabuik ceremony was made as an idea in music composition with the "World Music" approach method, namely working on a traditional art into a musical composition with a popular format by collaborating with modern instruments while maintaining ethnic elements that cannot be separated from the traditional arts. The result achieved is that the work comes from the spirit of playing the sosoh song. The artist divides the position of the players into two groups who both play the gandang tambua instrument, by cultivating the tempo and also playing the game of poly meter, call and response. Each supporter tore and carried the tabuik, and even ran to the other tabuik to create a hot, lively, and attractive atmosphere accompanied by a game of gandang tambua. This work is entitled "Two be One". This title describes the spirit of the sosoh song playing when two tabuik groups meet. In this work, it is found that there are situational changes in tempo which are influenced by the atmosphere at the time of mahoyak tabuik, the hotter the tempo and dynamics, the more attractive the gandang tambua players.
Keywords: Gandang Tambua; oyak tabuik; figure.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Balti, Leva Khudri. (2010). “Tabang Baliak”. Laporan Karya Seni. Padangpanjang. ISI Padangpanjang.
Bandem, I Made. (2001). “Metodologi Penciptaan Seni”. Yogyakarta. Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Ediwar, Minawati, R.; Jufri, Irdawati, Sahrul. N and Yurnalis, (2021) “Creative Industry of the Making of Gandang Tambua Musical Instrument Based on Traditional Technology”. Review of International Geographical Education (RIGEO), 11(5), 3752-3764. doi: 10.48047/rigeo.11.05.259.
.
Febrian, Reyhan Redha. (2014). “Muka Beda Rupa”. Laporan Karya Seni. Padangpanjang. ISI Padangpanjang.
Fitcor, Rifala Fernando. (2019). “Batikai”. Laporan Karya Seni. Padangpanjang. ISI Padangpanjang.
Hadiwijaya, Budi. (2015). “Tu Pattu Gapat Tu”. Laporan Karya Seni. Padangpanjang. ISI Padangpanjang.
Hardjana, Suka. (2003). “Corat-coret Musik Kontemporer Dulu dan Kini”. Jakarta. Ford Foundation dan masyarakat seni pertunjukan.
Hutriani, Elva. (2012). “Sosoh Nan Tingga”. Laporan Karya Seni. Padangpanjang. ISI Padangpanjang.
Mack, Dieter. (2001). “Musik Kontemporer & Persoalan Interkultural”. Yogyakarta. Jalasutra Offiset.
Mahaldi, Rafi. (2020). “Kembar Siam”. Laporan Karya Seni. Padangpanjang ISI Padangpanjang.
Muchtar, Asril. (2013). “Perayaan Tabuik dan Tabot : Jejak Ritual Keagamaan Islam Syi’ah di Pesisir Barat Sumatra” dalam Jurnal Panggung Vol 23. No 3 September.
Muchtar, Asril. (2015). “Peran Gandang Tasa Dalam Membangun Semangat dan Suasana Pada Pertunjukan Tabuik di Pariaman” dalam Jurnal Humaniora Vol 27. No 1 Februari.
Supanggah, Rahayu. (2007). “Bothekan Karawitan II”. Surakarta. Program Pasca sarjana bekerja sama dengan ISI press Surakarta.
Wawancara
Nazaruddin, 64 Tahun. Wawancara dengan seniman kesenian tradisi Gandang tambua, 12 September 2021.
Rio, 29 Tahun. Wawancara dengan pemain Gandang tambua. 12 September 2021.
Website/ laman
Brown, Robert E, “Pencetus World Music” Wikipedia, Diakses pada 24 November (2021). https://en.m.wikipedia.org/wiki/Robert_E_Brown
Sumber youtube ritual oyak tabuik https://www.youtube.com/watch?v=OCmuyB6MtFw
DOI: http://dx.doi.org/10.26887/jmen.v2i1.3089
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Visitors