ESENSI NILAI-NILAI SUMBANG DUO BALEH DALAM TARI PEREMPUAN MINANGKABAU

Fuji Astuti

Abstract


Koreografer perempuan  Minangkabau dari satu sisi mendapat julukan yang tinggi sehubungan dengan kiprahnya dalam beraktivitas  disertai popularitas yang diraihnya. Namun di sisi lain sebagai  penggagas seni koreografer perempuan dihadapkan pada persoalan terkait dengan nilai, norma yang telah diatur dalam adat istiadat yang semestinya  dijunjung tinggi sesuai dengan  fitranya sebagai seorang peremuan Minangkabau. Aturan norma yang telah ditetapkan dalam adat istiadat yang diperuntukkan pada perempuan termuat dalam kandungan  nilai sumbang duo baleh. Namun seakan-akan nilai-nilai tersebut  luntur dan para koreograer perempuan tidak berdaya untuk mengakomodasikan nilai-nilai tersebut ke dalam karya tari yang diciptakan. Akhirnya perkembangan tari dengan berbagai macam pijakan dan konsep yang digunakan  tidak mampu mempertahankan dan menunjujukkan identitas sebagaimana halnya perempuan ideal Minangkabau dalam aktivitas tari yang disajikan. Dengan demikian dapat dikatakan karakter tari yang diperuntukkan pada perempuan tidak jelas, abu-abu seakan-akan kehilangan identitas sehinga kelogisan, kesantunan dan etika dalam penampilan  tari yang disajikan bukan menjadi prioritas perhatian utama, sehingga pada kalangan  tertentu memunculkan banyak persoalan di lingkungan masyarakat. Dengan kreativitas yang tinggi seseorang dapat melakukan pembaharuan baik yang disalurkan melalui karya maupun dalam menghadapi persoalan yang dialami dalam kehidupan. Akan tetapi, jika tidak berhati-hati dan kurang cermat, justru dengan daya kreativitas yang tinggi dapat membuat seseorang tergelincir, sehingga menimbulkn masalah baru

 

Minangkabau female choreographer gets a high nickname from one side in connection with her work and move along with the popularity she achieved. But on the other hand as the initiator of art, female choreographers are faced with an issues related to values, norms that have been set by customs that should be upheld in accordance with its essence as a Minangkabau woman. The rule of norms which have been set by the customs that are destined for women are contained in Sumbang Duo Baleh. But as if the values were faded and the female choreographers were powerless to accommodate those values into dances. Even though the dance development using variety of footholds and concepts, it were not able to maintain and showing the identity as Minangkabau ideal woman in the presented dance activities. It can be said that the dances character that is devoted to women is unclear, its gray as if it losing identity and logic, politeness and ethics in the presented dance performance it is not a priority and main concern, so that in certain circles it raises many problems in the community. With higher creativity a person can make a renewal both channeled through the work and facing the problems that experienced in life. However if a person lacks of cautious, with a higher creativity it can make someone slip and causing new problems.

 


Keywords


Perempuan, Tari, Sumbang Duo Baleh, Woman, Dance, Sumbang Duo Baleh

Full Text:

PDF


DOI: http://dx.doi.org/10.26887/gjg.v12i2.292

Refbacks

  • There are currently no refbacks.