TEKNIK BABIOLA PADA MASYARAKAT ETNIK MINANGKABAU DI KECAMATAN BATANGKAPAS KAB.PESISIR SELATAN PROV. SUMATERA BARAT

DARMANSYAH DARMANSYAH

Abstract


Babiola dalam  pengertian  masyarakat Batangkapas  Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat adalah suatu pertunjukan musik dengan menggunakan instrumen musik biola produk budaya setempat, yang menyerupai konstruksi biola pada musik Barat (Eropa).  Mendapat awalan ba sebagai bentuk aktivitas pertunjukan. Biola adalah  alat musik gesek  memiliki empat tali yang terbuat dari dawai. Masing-masing tali diberi nama; tali satu (tali aluih), tali duo, tali tigo tali danguang  dan tali empat tali  panimbang yang berfungsi untuk menghasilkan melodi dan mengiringi lagu. Dari  keempat tali  tersebut yang paling dominan dimainkan adalah  tali aluih, tali duo, dan tali danguang yang ketika digesek dilakukan dengan gesekan panjang bolak- balik    ( droon) yang bersamaan dengan tali duo (senar dua) bukan dalam posisi melodi. Terdapat 3 teknik utama yang harus dikuasai oleh seorang musisi (tukang) biola. Teknik yang pertama adalah terkait dengan cara mememgang biola, teknik memegang biola, kepala biola, leher biola, badan biola dan teknik men stem ( tuning system) senar biola. Teknik yang kedua adalah teknik mememgang tali penggesek, teknik memegang gagang penggesek(pangka penggesek), atau pendabiah, penggoso, teknik meletakkan lidah biola, kuda-kuda biola (penopang). Selanjutnya teknik yang ke tiga yaitu teknik dalam posisi memainkan biola, terkait dengan posisi duduk, posisi menempatkan badan biola, teknik memegang penggesek (pendabiah), teknik menggesek biola, teknik penggunaan tangan kiri, dan kombinasi keseimbangan dalam memainkan biola. Merupakan teknik-teknik yang harus dikuasai oleh seorang tukang biola dalam memainkan alat musik gesek dalam kebudayaan etnik Minangkabau di Kabupaten Pesisir Selatan pada umumnya dan kecamatan batang kapas pada khusussnya

Keywords


Teknik-Babiola- Batang Kapas Pesisir Selatan-Sumatera Barat

Full Text:

PDF

References


Edi Sdyawati. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar harapan.

Franz Magnis Suseno. 1992. Filsafat Kebudayaan politik, Butir-Butir Pemikiran

Kritis. Jakarata: PT Gramedia Pustaka Utama.

Lan. 2001 Dalam Ayu Windy Kinasih. 2007. Identitas Etnis Tionghoa Di

Kota Solo. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Richar L Anderson dalam Edi Sedyawati. 1992. Sistem Kesenian Nasional

Indonesia. Pidato pengukuhan Guru Besar tetap pada Fakultas

Sastra, Universitas Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia.

Robby Hidayat. 2011. Koreografi dan Kreativitas. Yogyakarata: Kendil Media

Pustaka Seni Indonsia,

Suryadi, ed. 1993. Rebab Pesisir Selatan. Jakarta: Horizon (Majalah Sastra dan

Budaya edisi Desember)




DOI: http://dx.doi.org/10.26887/lg.v6i2.1059

DOI (PDF): http://dx.doi.org/10.26887/lg.v6i2.1059.g563

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Lisensi Creative Commons
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional.

 

View My Stats