DIKIA KUBANO DALAM UPACARA BARALEK KAWIN DI KENAGARIAN PANGKALAN KECAMATAN PANGKALAN KOTO BARU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

Sillaturrahmi Sillaturrahmi

Abstract


Dikia kubano merupakan salah satu kesenian yang selalu ditampilkan dalam upacara baralek kawin di kenagarian Pangkalan Kecamatan Pangkalan Koto Baru Kabupaten Lima Puluh Kota. Kesenian ini ditampilkan pada dua tempat. Pertama di kediaman pihak laki-laki. Di sini dikia kubano dimainkan pada posisi duduk di dalam rumah.Kesenian ini sudah mulai dimainkan saat mempelai laki-laki berangkat menuju ke tempat akad nikah berlangsung, hingga kembali ke rumah (setelah selesai dilaksanakan akad nikah). Kedua pada saat arak-arakan mempelai laki-laki menuju rumah mempelai perempuan. Kitab yang digunakan pada kesenian ini adalah “Kitab Zanji Nazar”. Kesenian ini menjadi unsur penting dalam upacara baralek kawin di daerah ini, jika tidak ada arak-arakan dikia kubano, maka upacara baralek kawin akan menjadi bahan gunjingan masyarakat yang dianggap terjadi karena hamil duluan atau hal negatif lainnya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis, dengan landasan konseptual menggunakan teori bentuk dan fungsi. Hasil penelitian ini merupakan bentuk penyajian serta fungsinya dalam upacara baralek kawin di Kanagarian Pangkalan dan pandangan masyarakat pendukungnya.

 

Dikia Kubano is one of arts that’s always performed in the ceremony of Baralek Kawin in Pangkalan Village, Pangkalan Koto Baru Sub-district, Lima Puluh Kota District. This art is performed in two places. First, it’s performed in groom’s house. In here, Dikia Kubano is per- formed on sitting position inside the house. This art has been started to be played when the groom departs to the place where marriage vow will be stated until he returns to his house (after the groom states his marriage vow). Second, it’s performed in the parade of groom and his family who are going to go bride’s house. Book used in this art is “the book of Zanji Nazar.” This art becomes an important element in this region ceremony of Baralek Kawin. If there is no parade of Dikia Kubano, the ceremony of Baralek Kawin will become people’s gossip material that considers it happen because of pregnant bride or other negative things. This research uses descriptive analysis method and conceptual framework used is form and function theory. This research result is the presentation form and function of Dikia Kubano in the ceremony of Baralek Kawin in Pangkalan Village and the view of its supporting people.

 

 


Keywords


Dikia Kubano, Ceremony of Baralek Kawin, Pangkalan, Upacara Baralek Kawin,

Full Text:

PDF

References


Erizal.“Instrumen Musik Membranophone Minangkabau”. Padangpanjang: STSI Padangpanjang. 2000




DOI: http://dx.doi.org/10.26887/lg.v1i1.250

DOI (PDF): http://dx.doi.org/10.26887/lg.v1i1.250.g223

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Lisensi Creative Commons
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional.

 

View My Stats