KOREOGRAFI TONGGAK RASO BERBASIS SILEK

Ali Sukri

Abstract


“TONGGAK RASO”, secara visual pada dasarnya merupakan konsep garapan untuk menghadirkan gerak dalam diri penari yang didasari pada kesadaran ruang dan waktu. Ruang dalam tubuh akan diolah secara maksimal, meskipun pada akhirnya ruang yang diolah juga menentukan waktu itu sendiri. Ruang fisik dipilih untuk mendukung ruang imajinatif yang akan dihadirkan. Budaya silek yaitu; silek tuo, silek kumango dan silek luambek untuk mengaktualisaikan ide dan gagasan melekat didalam koreografi Tonggak Raso. Elemen yang terkait dengan garapan menggunakan kaca timbal balik yang diberi bingkai sekaligus menjadi properti dalam garapan. Metode yang digunakan dalam pelahiran karya ini diantaranya, observasi, pengolahan data, studi pustaka, pemilihan pendukung karya, eksplorasi, penataan gerak, improvisasi, dan evaluasi. Koreografi ini memiliki tiga bagian, bagian pertama menggambarkan musyawarah untuk mencapai satu tujuan. Bagian kedua menggambarkan kekuatan untuk bertahan, dan bagian ketiga bagaimana penari mampu berkolaborasi untuk bertahan dengan memadukan gerak tradisi berbasis silek dan gerak-gerak tari modern.

“TONGGAK RASO”, visually is a basic concept of cultivation to present the motion in the dancer based on the awareness of space and time. The space in the body will be processed optimally, although in the end the treated space also determines the time itself. Physical space is chosen to support the imaginative space that will be presented. Silek culture namely as; silek tuo, silek kumango and silek ulu ambek are used to actualize ideas inherent in Tonggak Raso choreography. The elements associated with this work is a reciprocal glass which is used and then framed, as a property in this artwork. The methods used in the delivery of this work include observation, data processing, literature study, selection of supporting works, exploration, structuring motion, improvisation, and evaluation. This choreography has three parts, the first part describes a discussion to achieve goal. The second part describes the strength to defend, and the third part is about collaborating, to survive, by combining traditional movements based on silek and the motion of modern dance.


Keywords


budaya silek; bertahan; kokoh; enerjik; silek culture; defend; solid; energic;

Full Text:

PDF

References


Y. Sumandiyo Hadi. Mencipta Lewat Tari. Yogyakarta : Manthili Yogyakarta, 2003.

Alma M Hawkins. Terj. I Wayan Dibia. Bergerak Menurut Kata Hati. Jakarta: Ford Foundation dan Masyarakat Pertujukan Indonesia Jakarta, 2003.

Alma M. Hawkins. Moving from Within; A New Method for Dance Making. Chicago: A Capella Book, 1991.

Ashadi Siregar, SENI Jurnal Pengetahuan dan Penciptaan Seni “Jagad Teater Modern Dari Intensi ke Komunikasi”. Yogyakarta: BP ISI, 1991.

Djauhari Sumintardja. Kompendium Sejarah Arsitektur. Bandung : Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, 1978.

Edi Sedyawati. Pertumbuhan Seni Pertujukan. Jakarta : Sinar Harapan, 1978.

O’ong Maryono. Pencak Silat Merentang Waktu. Yogyakarta : Galang Press, 2000.

Robby Hidayat. Cakrawala Gagasa, Pemikiran dan Wawasan Seni dan Desain. Malang : Balai Kajian Seni dan Desain Jurusan Seni dan Desain Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang, 2005.

Susanne K. Langer. Terj. FX. Widaryanto. Problematika Seni. Bandung : Sunan Ambu Press, 2006.

Soedarsono, Garap Tari Nusantara I. (Matakukiah Pasca Sarjana S2). Surakarta : Institut Seni Indonesia, 2006.

Turner, Margery J., Ruth Grauert, Alene Zallman. New Dance; Approaches to Nonliteral Choreography. Pittsburgh: University of Pittburgh Press, 1971.




DOI: http://dx.doi.org/10.26887/gjg.v13i2.587

Refbacks

  • There are currently no refbacks.