PEMERANAN TOKOH KARDIMAN DALAM LAKON SENJA DENGAN DUA KEMATIAN KARYA KIRDJOMULYO

Yudhi Panji Pratama

Abstract


Aktor merupakan unsur inti dalam seni peran dan seni teater pada umumnya. Namun perlu diingat, dalam berperan tidak semua aktor berhasil dalam membawakan karakter yang ia perankan. Lakon Senja dengan Dua Kematian karya Kirdjomulyo, merupakan lakon realis psikologis, karena karakter dari masing-masing tokoh di dalam naskah tersebut memiliki tekananan secara psikologis yang disebabkan kekecewaan terhadap tokoh lain, dan mencari kesalahan-kesalahan orang lain. Perasaan kecewa dan dendam terhadap istrinya, menjadikan tokoh Kardiman memiliki dinamika psikologis yang berubah-ubah karena istrinya tidak dapat melupakan kekasih lamanya. Anaknya, Wijasti menganggap semua yang terjadi adalah karena kesalahan Kardiman. Wijasti tidak pernah mengetahui bahwa Kardiman bukan bapak kandungnya, karena Kardiman selalu menutupi aib istrinya. Pendekatan akting presentasi digunakan sebagai rujukan untuk mengaplikasikan tokoh Kardiman ke atas pangung. Pemeran dituntut untuk terlibat dalam situasi dan kondisi tokoh dalam naskah dan disesuaikan dengan kebiasaan dan hal-hal yang khas dalam pribadi pemeran dengan atributnya yang dekat dengan keseharian (Sitorus, 2002: 6). Metode yang pemeran gunakan yaitu metode akting “to be” yang digagas oleh Stanislavski, serta metode indentifikasi karakter yang dibuat oleh Eka D. Sitorus.

Actor is generally the core element in acting and theater. However, it needs to be remembered that in acting not all actors succeed in playing their roles. The play of Senja dengan Dua Kematian written by Kirdjomulyo is psychological realist play because character of each figure in that script has psychological pressure for disappointment toward other figures and seeking others’ mistakes. Kardiman figure’s disappointment and resentment toward his wife results on his changeable psychological dynamics because his wife cannot forget her old lover. His daughter, Wijasti considers all that happens are because of Kardiman’s fault. Wijasti never knows that Kardiman is not her biological father because Kardiman always covers up his wife’s disgrace. The approach of acting presentation is used as reference of applying Kardiman’s figure on stage. Actors are demanded to get involved in figures’ situation and condition in script adjusted to actors’ personal habit and unique things with attributes that’s close to their daily life (Sitorus, 2002: 6). Method used by actors is the acting method of “to be” created by Stanislavski, and method of character identification made by Eka D. Sitorus.

 

 

 

 


Keywords


Pemeranan, Tokoh Kardiman, Senja dengan Dua Kematian, Presentasi, Stan - Islavky, Characterization, Kardiman Figure

Full Text:

PDF


DOI: http://dx.doi.org/10.26887/lg.v1i1.253

DOI (PDF): http://dx.doi.org/10.26887/lg.v1i1.253.g226

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Lisensi Creative Commons
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional.

 

View My Stats