TUNGKAL HILIR-HULU

Sopiyan Sopiyan

Abstract


Tulisan ini membahas karya komposisi musik yang berjudul “Tungkal Hilir-Hulu” dengan pengkarya Sopiyan (penulis), yang dipergelarkan pada tanggal 11 januari 2017 di Gedung Auditorium Boestanoel Arifin Adam ISI Padangpanjang. Karya ini terinspirasi dari kesenian kelintang tungkal, yaitu pada teknik pengulangan hilir dan hulu, ritme dasar dari serame, begubang, dan tupai begelut menjadi media garap dengan menggunakan pendekatan garap tradisi. Dalam hal ini pengkarya menciptakan kembali bentuk musikal yang baru dari teknik hilir dan hulu serta laras yang mendekati Bes-C-D-Dis-G-Bes1-C1 ke dalam bentuk karya komposisi musik karawitan yang masih memakai idiom-idiom tradisi dalam penggarapannya. Metode tradisi kekaryaan antara lain: obsevasi, eksplorasi, penyusunan, dan perwujudan. Karya komposisi ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu (1) Pertama : pengkarya memfokuskan pada pengarapan teknik hilir dengan menghadirkan ritme dasar dari serame, begubang, dan tupai begelut. Ritme dasar dimainkan hingga membetuk formulasi melodi yang baru. (2) bagian keduapengkarya memfokuskan garapan pada penggarapan teknik hulu dengan tempo yang tidak terikat. Bagian ini didominasi oleh instrumen melodis. (3) bagian ini pengkarya menggabungkan teknik hilir dan hulu yang digarap secara bersilang. Pengkarya juga memasukan ornamentasi berbentuk garapan vokal.

 

This writing discusses about music composition entitled “Tungkal Hilir-Hulu” composed by Sopiyan (writer) and performed on January 11th 2017 in Hoeridjah Adam Performance Building of ISI Padangpanjang. This composition is inspired from kelintang tungkal art, namely in hilir and hulu repetition technique, basic rhythm of serame, begubang, and tupai begelut become composition media by using traditional composition approach. In this matter, composer recreates new musical form of hilir and hulu technique and harmony that approaches Bes-C-DDis-G-Bes1-C1 into karawitan composition music that still uses traditional idioms in its composition. Method of compositional tradition consists of observation, exploration, arrangement, and materialization. This composition is divided into three parts namely (1) first, composer focuses on the composition of hilir technique by bring out basic rhythm of serame, begubang, and tupai begelut; basic rhythm is played until it forms new melody formulation; (2) second part, composer focuses his composition on the composition of hulu technique with unbound tempo; this part is dominated by melodious instrument; (3) in this part, composer combines hilir and hulu techniques that are composed alternately. Composer also inserts ornamentation in the form of vocal composition.

 

 


Keywords


Karya Musik, Kelintang Tungkal, Komposisi Musik, Kelintang, Music work, Kelintang Tungkal, Music Composition, Kelintang

Full Text:

PDF


DOI: http://dx.doi.org/10.26887/lg.v1i2.261

DOI (PDF): http://dx.doi.org/10.26887/lg.v1i2.261.g234

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Lisensi Creative Commons
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional.

 

View My Stats