Kesenian Naga Lim di Kota Padang: Eksistensi dan Adaptasi Budaya Masyarakat Etnis Tionghoa Sumatera Barat
Abstract
This article discusses the existence of Naga Lim art as one of the cultures of the Chinese community in the city of Padang, West Sumatra. The research was carried out with a qualitative approach with descriptive analysis, where all data were described and then analyzed according to the problem. The theory used is Koetjaraningrat regarding the existence to discuss the existence of Naga Lim art in Padang City and Sumandiyo Hadi's perspective on form, to discuss the form of Naga Lim art performance as one of the Chinese community culture in Padang City. Research shows that Naga Lim Art is an art of the Chinese community that is preserved in Padang City through its adaptability. This art is always performed to celebrate Chinese New Year and Cap Go Meh, accompanied by typical Chinese musical instruments, played by 7 to 9 players using a property that resembles a Dragon and moves to imitate the imagined movements of the Dragon.
Keywords: Lim Dragon Art; Chinese; West Sumatra; existence; adaptation
Abstrak
Tulisan ini membahas perihal keberadaan kesenian Naga Lim sebagai salah satu budaya masyarakat Tionghoa di Kota Padang Sumatera Barat. Penelitian dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif yang bersifat analisis deskriptif, dimana seluruh data dideskripsikan kemudian dianalisis sesuai dengan permasalahannya. Teori yang digunakan adalah Koetjaraningrat mengenai keberadaan untuk membahas keberadaan kesenian Naga Lim di Kota Padang dan perspektif Sumandiyo Hadi mengenai bentuk, untuk membahas bentuk pertunjukan kesenian Naga Lim sebagai salah satu budaya masyrakat Tionghoa di Kota Padang. Penelitian menunjukkan bahwa Kesenian Naga Limmerupakan kesenian masyarakat Tionghoa yang dilestarikan di Kota Padang melalui kemampuan adaptasi. Kesenian ini selalu ditampilkan dalam memeriahkan hari raya imlek dan Cap Go Meh, diiringi oleh alat musik khas Tionghoa, dimainkan oleh 7 sampai 9 orang pemain dengan menggunakan properti yang menyerupai seekor Naga dan bergerak menirukan gerakan Naga yang dibayangkan.
Kata Kunci: Kesenian Naga Lim; Tionghoa; Sumatera Barat; eksistensi; adaptasi
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Andini, B. O. (2016). Barongsai Cap Go Meh Di Makassar Sebuah Pemikiran Tentang Tari, Ritual, Dan Identitas. Jurnal Kajian Seni, 2(1), 10–24. https://doi.org/10.22146/art.11646
Ansari, I. (2018). Akomodasi Budaya Sebagai Model Keberterimaan Kesenian Barongsai. Acintya: Jurnal Penelitian Seni Budaya, 10(1), 84–93. https://doi.org/10.33153/acy.v10i1.2290
Daryusti. (2001). Kajian Tari Dari Berbagai Aspek. CV Pustaka Indonesia.
Dewi, R. S. (2018). Hidup di Dunia Multikultural Potret Sosial Budaya Kerukunan Etnis Minang Dan Tionghoa Di Kota Padang. Lugas: Jurnal Komunikasi, 2(1), 27–32. https://doi.org/10.31334/jl.v2i1.120
Erniwati, E. (2019). Identitas Etnis Tionghoa Padang Masa Pemerintah Hindia Belanda. Patanjala: Jurnal Penelitian Sejarah Dan Budaya, 11(2), 185–201. https://doi.org/10.30959/patanjala.v11i2.482
Hadi, Y. S. (2007). Kajian tari Teks dan Konteks. Pustaka Book Publisher.
Hadi, Y. S. (2007). Sosiologi Tari. Pustaka Pinus.
Koetjaraningrat. (2007). Manusia dan Kebudayaan Di Indonesia. Djambatan.
La Merry. (1975). Komposisi Tari Elemen-elemen Dasar. Yogyakarta.
Makmur, R. (2018). Orang Padang Tionghoa: Dima Bumi Dipijak, Disinan Langik Dijunjuang. Penerbit Buku Kompas.
Pramayoza, D. (2014). Penampilan Jalan Kepang di Sawahlunto: Sebuah Diskursus Seni Poskolonial. Ekspresi Seni: Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan Karya Seni, 16(2), 285–302. https://doi.org/10.26887/ekse.v16i2.74
Pramayoza, D. (2016). Tonel: Teaterikalitas Pascakolonial Masyarakat Tansi Sawahlunto. Jurnal Kajian Seni, 1(2), 114–129. https://doi.org/10.22146/art.11636
Pramayoza, D. (2020). Diorama Kota Bahagia: Pandangpanjang dalam Esai. Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Padang Panjang.
Putra, B. H. (2009). Fungsi Dan Makna Kesenian Barongsai Bagi Masyarakat Etnis Cina Semarang. Harmonia: Journal of Arts Research and Education, 9(1), 3–6. https://doi.org//10.15294/harmonia.v9i1.664
Rizdki, Nursyirwan, & Ediwar. (2014). Kesenian Gambang sebagai Identitas Etnis Tionghoa di Kampung Pondok Kota Padang. Bercadik: Jurnal Pengkajian Dan Penciptaan Seni, 2(1), 173–190.
https://doi.org/10.26887/bcdk.v2i1.37
Simatupang, L. (2013). Pergelaran; Sebuah Mozaik Penelitian Seni-Budaya (D. Pramayoza (ed.)). Jalasutra.
Soedarsono, R. M. (1976). Tari-Tarian Indonesia I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Soedarsono, R. M. (1999). Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. UGM Press.
Utami, F. G. N. (2018). Aktualisasi Identitas Etnik Tionghoa Dalam Pertunjukan Liong Di Semarang. Lakon: Jurnal Pengkajian & Penciptaan Wayang, 15(1), 9–17. https://doi.org/10.33153/lakon.v15i1.2319
Yuliza, F. (2020). Pewarisan Tari Rawas dalam Masyarakat Suku Serawai di Kawasan Manna, Kabupaten Bengkulu Selatan. Melayu Arts and Performance Journal, 3(2), 129–141. https://doi.org/10.26887/mapj.v3i2.1334
DOI: http://dx.doi.org/10.26887/bcdk.v5i2.2490
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
E-ISSN: 2807-3622, P-ISSN: 2355-5149 | DOI: 10.26887/bcdk.Website: http://journal.isi-padangpanjang.ac.id/index.php/Bercadik/index
Email: bercadik@isi-padangpanjang.ac.id | jurnal.isipp@gmail.com
Editor in Chief: Prof. Dr. Andar Indra Sastra, M.Hum
Publisher: LPPM ISI Padangpanjang
Jalan Bahder Johan Padangpanjang 27128
Phone: (0752) 82077, Fax: (0752) 82803
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.