DISFUNGSI KESENIAN GAMAD DAN BALANSE MADAM DI SUMATERA BARAT

Febri Yulika, Susi Fitria Dewi, Jelly Jelly, Yetty Oktayanty

Abstract


Gamad music and Balanse Madam dance are no longer popular among the people of West Sumatra. This art was created by an art movement from Nias who lived in the city of Padang in the early 18th century. Balanse Madam art was popular in the 1960s to 1980s. The specialty of this art is that it adopted the music and dance of the Portuguese who loved to party when they traded spices on the West Sumatra coast in the 18th century. The Balanse madam dance was later imitated by Nias workers who later adapted it to the values of the people of West Sumatra. The music that accompanies the Balanse Madam dance is Gamad music (Inter-Regional Music Association) combining various musical instruments of various ethnicities living in the city of Padang such as Minangkabau, Medan and Malay regional music. However, this art, both Gamad music and Balanse Madam dance, are no longer alive in society. Various factors, both internal and external, have caused this art to be rarely performed. As for this article, it will be analyzed using the concept of dysfunction. As for this article, it will be analyzed using the concept of dysfunction.

 

 Abstrak

Musik Gamad dan Tari Balanse Madam sudah tidak populer lagi di kalangan masyarakat Sumatera Barat. Kesenian ini diciptakan oleh sebuah gerakan seni dari Nias yang bermukim di kota Padang pada awal abad ke-18. Seni Balanse Madam populer pada tahun 1960 hingga 1980-an. Keistimewaan kesenian ini adalah mengadopsi musik dan tarian bangsa Portugis yang gemar berpesta saat berdagang rempah-rempah di pesisir Sumatera Barat pada abad ke-18. Tari Balanse Madam ini kemudian ditiru oleh para pekerja Nias yang kemudian disesuaikan dengan nilai-nilai masyarakat Sumatera Barat. Musik yang mengiringi tari Balanse Madam adalah musik Gamad yang memadukan berbagai alat musik dari berbagai etnis yang tinggal di kota Padang seperti musik daerah Minangkabau, Medan dan melayu. Namun kesenian ini, baik musik Gamad maupun tari Balanse Madam, sudah tidak hidup lagi di masyarakat. Berbagai faktor baik internal maupun eksternal menyebabkan kesenian ini jarang dipentaskan. Adapun artikel ini dianalisis dengan menggunakan konsep disfungsi. 

 


Keywords


Balanse Madam; Minangkabau; Gamad; Konsep Disfungsi

Full Text:

PDF

References


Anggraini, D. W. and Indrayuda, I. (2020). Tari Balanse Madam 'Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Eksisnya Tari Balanse Madam di Seberang Palinggam. Jurnal Sendratasik Vol. Sendratasik, vol. 9, no. 1, 2020, doi: 10.24036/jsu.v8i3.108112.

Budianto, E. R. and Sunarya Y. Y. (2021). Jalur Rempah dan Karakteristik Batik Buketan Peranakan Tionghoa Tiga Generasi. Serat Rupa J. Des., vol. 5, no. 2. doi:10.28932/srjd.v5i2.3799.

Fatrina, N. Y and Stevenson, Y. (2018). Perubahan Dan Keberlanjutan Tari Balanse Madam Di Lingkungan Masyarakat Nias Padang,” Mudra J. Seni Budaya, vol. 33, no. 1, 2018, doi: 10.31091/mudra.v33i1.318.

Firmansyah, R. (2016). Konsep Dasar Asimilasi dan Akulturasi dalam Pembelajaran Budaya,” Res. Gate, no. December.

Garfield, E. (2004). The unintended and unanticipated consequences of Robert K. Merton. Social Study Science, vol. 34, no. 6. doi: 10.1177/0306312704042087.

Jamaludin,A. N. 2018. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Pustaka Setia.

Irhandayaningsih, A. (2018). Pelestarian Kesenian Tradisional Sebagai Upaya Dalam Menumbuhkan Kecintaan Budaya Lokal di Masyarakat Jurang Blimbing Tembalang. Anuva, vol. 2, no. 1, p. 19. doi: 10.14710/anuva.2.1.19-27.

Miller, C. (2010). A Gujarati Origin for Scripts of Sumatra, Sulawesi and the Philippines,” Annu. Meet. Berkeley Linguist. Soc., vol. 36, no. 1. doi:10.3765/bls.v36i1.3917.

Nahak,H M I. (2019). Upaya Melestarikan Budaya Indonesia Di Era Globalisasi. Sosiologi Nusantara, vol. 5, no. 1, pp. 65–76, 2019. doi: 10.33369/jsn.5.1.65-76.

Sujana,U. (2019) Rekonstruksi Jalur Pelayaran Kapal-Kapal Eropa Abad ke-16 hingg aAbad ke-17 di Kepulauan Maluku (Reconstruction of the European Ship Routers in the 16th to 17th Century ini Maluku Archipelago Barat, vol. 11, no. 1, 2019, doi: 10.24832/papua.v11i1.264.

Suneki, S., “Dampak Globalisasi Terhadap Eksistensi Budaya Daerah,” CIVICS, vol. II, no. 1, pp. 307–321, 2012.

Suryani. (2018). Strategi Pelestarian Budaya Lokal dalam Menjaga Kesetiakawanan Sosial. Jurnal Media Informasi Peneliritan Kesejahteraan Sosial vol. 42, no. 2, pp. 187–196.

Syahbani, E. 2014. Bentuk Tari Balanese Madam Pada Masyarakat Nias di Kelurahan Mata Air Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, Sumatera Barat. Gesture Jurnal Seni Tari, Vol. 3, No. 1.

Yuda, i. (2015). Tari Balanse Madam: Media Sosialisasi Etnis Nias, Jurnal Imaji, vol. 2, No.2. doi: 10.21831/imaji.v2i2.6948.

Zwart, F. de. (2016). Unintended but not unanticipated consequences. Theory Soc., vol. 44, no. 3. doi: 10.1007/s11186-015-9247-6.




DOI: http://dx.doi.org/10.26887/ekspresi.v23i2.3667

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.


Ekspresi Seni: Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni 

E-ISSN 2580-2208 | P-ISSN: 1412-1662 | DOI: 10.26887/ekspresi 
Website: https://journal.isi-padangpanjang.ac.id/index.php/Ekspresi/index
Email: red.ekspresiseni@gmail.com | Support Contact Email: thegar.risky@gmail.com
Editor in Chief: Dr. Dede Pramayoza | Managing Editor: Saaduddin, M.Sn | Thegar Risky.S.Kom | Febri Desman, S.Hum | Elfira Roza, S.Kom
Publisher: Lembaga Penelitian Pengabdian Kepada Masyarakat  (LPPM) ISI Padangpanjang
Jalan Bahder Johan, Kota Padangpanjang, Sumatera Barat, Indonesia 27128 | Phone: (0752) 82077 | Fax: (0752) 82803

 

 


Ekspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni © 2017 by LPPM Institut Seni Indonesia Padangpanjang is licensed under Attribution-NonCommercial 4.0 International